Senin, 17 Juni 2013

“Ma…Pa…Aku Kena Remidi Matematika”








“Pa…mbak Fia mau ngomong,” ucap Raffly, anak bungsu kami dari jok belakang mobil saat kami dalam perjalanan pulang ke rumah beberapa malam yang lalu. Dengan santai si papa menjawab sambil terus mengemudikan mobil dan sesekali melihat ke arah tempat duduk anak-anak melalui kaca spion dalam.

           
 Fia, si sulung yang duduk persis di belakang papa memulai pembicaraan malam itu,”Ma…Pa…Mbak Fia kena remidi matematika”. Singkat namun cukup jelas informasinya dan diakhiri dengan helaan nafas yang terdengar lega karena sudah menyampaikan informasi yang bisa jadi membuatnya tidak nyaman.

             
Fia anak yang cukup cerdas dan perfeksionis beda dengan si adik, Raffly yang lebih santai. Sehingga mendapat nilai yang kurang bagus adalah aib buat Fia dan sangat menyiksa perasaannya. Seperti ada noda dalam deretan angka bagus-bagus yang dikoleksinya.


Memang, Matematika adalah salah satu momok yang dia benci dan tidak suka. Seperti berhadapan dengan hantu yang gentayangan aja..he..he..he….Beda sekali ekspresi wajahnya ketika belajar tentang IPA. Fia betah berlama-lama membaca buku IPA dan dengan mudahnya melahap semua materi.


 Terus bagaimana reaksi kami, orang tuanya mendengar kabar yang kurang menyenangkan tersebut?

Alhamdulillah, dengan tetap tersenyum si papa berkata,”Mbak Fia, makasih ya sudah mau cerita sama kita semua. Kita ini satu tim. Kalau salah satu anggota tim sedang susah, maka seluruh anggota tim juga merasakan kesusahan itu. Kita harus jadi tim yang kompak. InsyaAllah kita akan bantu mbak Fia bangkit dan memperbaiki nilai Matematika”

            Jujur, saat itu kami bersyukur sekali karena bisa melewati episode ini. Kami sangat menghargai kejujuran anak. Bukankah itu fungsinya keluarga. Bukan hanya suka yang dilewati bersama, namun juga hal-hal yang kurang menyenangkan. Naif sekali kalau kita hanya welcome untuk sesuatu yang menggembirakan namun marah-marah kalau anak sedang menghadapi kesulitan.

            Apa jadinya jika anak berkata JUJUR tapi hukuman, celaan, amarah yang didapat? 
Kelak ia tidak akan pernah jujur lagi pada kita, orang tunya. Dia berfikir,”Toh…nanti aku pasti dihukum. 
Mending gak usah ngomong deh….”
          
Kami sangat ingin menjadi sahabat anak-anak, tempat mereka bebas
mencurahkan semua kisah dan keluh kesah mereka. Anakku, berbahagialah dalam mencari ilmu, jujurlah pada RabbMu insyaAllah kau akan menjadi pribadi sukses mulia.

“Ya Allah…berilah kami kemampuan mengantar anak-anak menjadi hambaMu yang bertakwa. Yang hanya takut kepadaMu. Yang menjadikanMu tujuan hidup satu-satunya. aamiin

           
Kunjungi sosmed kami RAFFClothing di :

Official Website :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar