Rabu, 19 Juni 2013

5 Pelajaran Hidup dari Bu Een

Bu Een di tengah murid-muridnya



Belakangan hari ini kita sering sekali mendengar berita tentang seorang guru yang istimewa, namanya Bu Een. Siapakah beliau dan apa yang membuat kita harus belajar banyak?

Berikut 5 Pelajaran Hidup dari Bu Een :

1.      Een Sukaesih, guru penderita rheumatoid arthritis pernah divonis mati 28 tahun lalu. Tapi dia bisa mengalahkan rasa sakit dan mengabdikan dirinya untuk dunia pendidikan. Mendidik anak-anak dalam sebuah kamar berukuran 2x3 meter di kampungnya di Sumedang, Jawa Barat

2.      Een berpesan bahwa di setiap kesulitan, selalu ada kemudahan. Tidak mudah menyerah, apalagi putus asa meski tak jarang menemui rasa lelah dan jenuh. "Allah berfirman, janganlah kita berputus asa atas rahmat Allah," ujar Een.

3.      "Kita dituntut untuk selalu tegar menghadapi kenyataan, apapun bentuknya," jelas Een

4.      Pesan bu Een : dasar ilmu pendidikan hanya satu kalimat singkat :  Yakni kasih sayang dan rasa peduli dengan sesama

Bu Een ketika bertemu Presiden SBY dan Ibu Ani

Apa kunci semangat bu Een? Apa yang membuatnya bangkit dari keterpurukan dan mengabdikan dirinya untuk dunia pendidikan? Bu Een mengaku, semangatnya itu didapatkan setelah mendengar siaran sebuah stasiun radio di Sumedang. Jadi haditsnya seperti ini, 'Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain'," tuturnya.

Setelah mendengar hadits itu, Bu Een merasa tidak berguna. Dorongan kuat keluarga pun menjadi penyemangat baginya untuk terus hidup sebagai manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

"Maka saya putuskan untuk memberikan pendidikan kepada anak-anak di kampung. Mudah-mudahan itu adalah suatu manfaat yang bisa saya berikan kepada orang lain," harap Bu Een.

Kalau bu Een bisa…tentunya kita yang diberi kesehatan dan kemudahan harus lebih bisa ! 

Special Note : Bu Een meraih special award dalam Liputan 6 Award 2013


Kunjungi sosmed kami RAFFClothing di :

Official Website :

Senin, 17 Juni 2013

“Ma…Pa…Aku Kena Remidi Matematika”








“Pa…mbak Fia mau ngomong,” ucap Raffly, anak bungsu kami dari jok belakang mobil saat kami dalam perjalanan pulang ke rumah beberapa malam yang lalu. Dengan santai si papa menjawab sambil terus mengemudikan mobil dan sesekali melihat ke arah tempat duduk anak-anak melalui kaca spion dalam.

           
 Fia, si sulung yang duduk persis di belakang papa memulai pembicaraan malam itu,”Ma…Pa…Mbak Fia kena remidi matematika”. Singkat namun cukup jelas informasinya dan diakhiri dengan helaan nafas yang terdengar lega karena sudah menyampaikan informasi yang bisa jadi membuatnya tidak nyaman.

             
Fia anak yang cukup cerdas dan perfeksionis beda dengan si adik, Raffly yang lebih santai. Sehingga mendapat nilai yang kurang bagus adalah aib buat Fia dan sangat menyiksa perasaannya. Seperti ada noda dalam deretan angka bagus-bagus yang dikoleksinya.


Memang, Matematika adalah salah satu momok yang dia benci dan tidak suka. Seperti berhadapan dengan hantu yang gentayangan aja..he..he..he….Beda sekali ekspresi wajahnya ketika belajar tentang IPA. Fia betah berlama-lama membaca buku IPA dan dengan mudahnya melahap semua materi.


 Terus bagaimana reaksi kami, orang tuanya mendengar kabar yang kurang menyenangkan tersebut?

Alhamdulillah, dengan tetap tersenyum si papa berkata,”Mbak Fia, makasih ya sudah mau cerita sama kita semua. Kita ini satu tim. Kalau salah satu anggota tim sedang susah, maka seluruh anggota tim juga merasakan kesusahan itu. Kita harus jadi tim yang kompak. InsyaAllah kita akan bantu mbak Fia bangkit dan memperbaiki nilai Matematika”

            Jujur, saat itu kami bersyukur sekali karena bisa melewati episode ini. Kami sangat menghargai kejujuran anak. Bukankah itu fungsinya keluarga. Bukan hanya suka yang dilewati bersama, namun juga hal-hal yang kurang menyenangkan. Naif sekali kalau kita hanya welcome untuk sesuatu yang menggembirakan namun marah-marah kalau anak sedang menghadapi kesulitan.

            Apa jadinya jika anak berkata JUJUR tapi hukuman, celaan, amarah yang didapat? 
Kelak ia tidak akan pernah jujur lagi pada kita, orang tunya. Dia berfikir,”Toh…nanti aku pasti dihukum. 
Mending gak usah ngomong deh….”
          
Kami sangat ingin menjadi sahabat anak-anak, tempat mereka bebas
mencurahkan semua kisah dan keluh kesah mereka. Anakku, berbahagialah dalam mencari ilmu, jujurlah pada RabbMu insyaAllah kau akan menjadi pribadi sukses mulia.

“Ya Allah…berilah kami kemampuan mengantar anak-anak menjadi hambaMu yang bertakwa. Yang hanya takut kepadaMu. Yang menjadikanMu tujuan hidup satu-satunya. aamiin

           
Kunjungi sosmed kami RAFFClothing di :

Official Website :

Minggu, 16 Juni 2013

Apakah Kita Termasuk Pendidik Yang Baik Buat Anak-Anak?



“Ding…” bunyi khas jika ada pesan BBM masuk tiba-tiba terdengar dari gadget yang kuletakkan di sebelah tumpukan buku di atas meja kerja. Kulirik sekilas dan tertera nama salah seorang sahabat. “Salah gak sih..kalau aku cuma pengen anakku rajin sholat?” dengan ditambah emoticon berwarna merah yang artinya…tau kan?
            
 Kayaknya ada yang lagi sebel dan mau curhat nih…
            
 Benar saja, sejurus kemudian meluncurlah bertubi-tubi curhatan sahabatku satu ini dengan derasnya sederas hujan yang turun subuh tadi.
            
Ternyata permasalahannya adalah mendisiplinkan anak beribadah. Tujuan yang sangat mulia mengingat anak putrinya sudah hampir baligh yaitu usia 10 tahun. O,ya sahabatku yang kita sebut saja Bunda Vivi ini adalah orang tua tunggal dan menjadi mualaf 4 tahun lalu.

            Membaca curhatannya via bbm membuatku cukup prihatin juga. Bahkan saking disiplinnya, bunda Vivi ini membuat kartu absensi sholat. Kalau sampai dalam seminggu jumlah absen sholat si anak lebih dari 30%, maka hukuman sudah menanti plus nasehat berbungkus omelan.

            Kebetulan besok adalah hari pentas seni yang diadakan sekolah anaknya, dan bunda Vivi sudah bersiap memeriksa kartu absen sholat, kalau banyak bolongnya, maka si anak terancam gak boleh ikut pentas seni. Wot?

            Ketika aku bertanya,”Kenapa sih..kok ‘keras’ banget cara mendidik anak?”. Alasan yang diberikan adalah sedari kecil, Bunda Vivi mencari sendiri ilmu agama yang saat itu masih nasrani, orang tuanya tidak pernah membimbingnya mengenal agama. Beranjak dewasa dan menjadi mualaf, beliau pun tertatih-tatih memuaskan dahaga akan ilmu agama sendirian. Lalu, dia beralasan, kenapa si anak, yang notabene gak perlu susah-susah mencari ilmu agama tidak mau maksimal menjalankan ibadah? 


           
                        Sejenak aku jadi teringat Nasehat Rasulullah SAW tentang sifat yang harus dimiliki orang tua dan pendidik antara lain :


1.      PENYABAR dan TIDAK PEMARAH
 Dua sifat ini yaitu penyabar dan tidak pemarah, menurut Rasulullah SAW adalah yang dicintai Allah SWT. (HR Muslim dari Ibnu Abbas)

2.      LEMBUT dan MENGHINDARI KEKERASAN
Rasulullah SAW bersabda,”Allah itu Maha Lembut, cinta kelemahlembutan. Diberikan kepada kelembutan apa yang tidak diberikan kepada kekerasan dan kepada selainnya” (HR Muslim dari ‘Aisyah)

3.      HATINYA PENUH KASIH SAYANG 
Sulaiman Malik Ibnu al Huwairits pernah tinggal bersama Rasulullah SAW selama dua puluh malam. “ Kami dapati beliau sebagai seorang yang sangat penyanyang dan pengasih”, cerita Al Huwairits.


Rasulullah bersabda,”Sesungguhnya setiap pohon itu berbuah. Buahnya hati adalah ANAK. Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak sayang kepada anaknya. Demi Zat yang jiwaku ada di tanganNya, tidak akan masuk surga kecuali orang yang bersifat penyayang”.


Kubagikan informasi berharga di atas ke bunda Vivi, dan kubilang,”Kawan, aku juga sedang belajar mempraktekkan ilmu parenting dari Rasulullah itu, ayo kita belajar bersama-sama”

Tujuan yang mulia jika disampaikan dengan cara yang kurang baik, tidak akan utuh maknanya. 

Cerita ini juga menjadi nasehat buat aku pribadi yang masih jauh dari sempurna sebagai ibu.

Semoga Allah memudahkan langkah kita semua menjadi orang tua yang baik sesuai tuntunan Rasulullah SAW. aamiin
            
 

Selasa, 04 Juni 2013

4 Tips Dasar Mendidik Anak dari Rasululullah SAW


"Sungguh telah ada bagimu dalam diri RASULULLAH SAW itu suri tauladan yang baik" (Al Ahzab:21)


Assalamu'alaikum sahabat RAFFClothing, ayah bunda yang dirahmati Allah SWT,

Jelas sudah dari ayat di atas, bahkan Al Qur'an memuji Rasulullah SAW dengan akhlaq agungnya untuk kita contoh dan jadikan teladan, termasuk dalam mendidik anak.

Sebelum kita melangkah dan belajar lebih jauh tentang Parenting ala Rasulullah, sebaiknya kita tau dulu apa tips dari beliau tentang dasar mendidik anak.

Ada 4 hal yang dinasehatkan Nabi kepada kita :
Ibnu Abbas ra berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Ajarlah, permudahlah jangan persulit ! Gembirakanlah dan jangan takut-takuti ! 
Jika Salah satu dari kalian marah hendaklah berdiam diri!"
(HR Ahmad dan Bukhari)

Yuk kita bahas satu persatu :
  1. 'Ajarlah' : Rasulullah mengisyaratkan bahwa mendidik anak adalah tugas awal dan mendasar dari setiap orang tua. Betapa pentingnya proses mendidik ini. Lalu, apakah mendidik anak cukup dilakukan seperti air mengalir tanpa bekal ilmu? Padahal fungsinya sangat penting. "Halah...dulu orang tua kita juga gak ribet pakai baca buku dan ikutan seminar parenting, buktinya kita juga hidup", begitu komentar sebagian orang tua yang gak mau repot meng upgrade ilmu dan skill parentingnya. Boleh aja berpendapat begitu, tapi setiap kita akan diminta pertanggung jawaban, termasuk dalam hal mendidik anak. Lagipula, tantangan orang tua jaman sekarang jauuuuuhhhh lebih dahsyat dibanding ortu jaman dulu. Dulu gak ada internet, gak ada smartphone, gak banyak channel TV. Itu pilihan kok.....yang mau belajar, gabung dengan kita ya...sama-sama menimba ilmu parenting ala Rasulullah. Yuk lanjutt..!
  2. 'Permudahlah, jangan persulit' - Dalam proses mendidik anak, kita harus kreatif mencari cara yang mempermudah anak menerima ilmu/informasi baru dari kita. Bukannya malah mempersulit dan membuat rumit. Diperlukan kreativitas memang, contohnya bisa lewat gambar, mendongeng, alat peraga, mind map, dan yang terpenting teladan orang tua.
  3. 'Gembirakanlah, jangan takut-takuti' - Suasana belajar harus menyenangkan untuk anak, agar otak anak terbuka dan siap menerima ilmu/informasi baru. Kalau anak dalam kondisi tertekan dan tegang yaaa mana bisa berhasil proses belajarnya. Kalau belajarnya sambil diomelin, apa anak bisa pinter? Kalau sambil dibentak-bentak karena ortu ngerasa anak gak ngerti-ngerti juga materinya, apa kita bisa berharap anak jadi pinter? Coba bayangkan kalau boss di kantor ngasih tugas sambil marah-marah, kira-kira kita enjoy gak ya? dan hasilnya bisa maksimal gak? *Think...think...think*
  4. 'Kalau marah, diam ya...!' - Nah tuh...udah diwanti-wanti sama Nabi, jangan suka ngomel marah-marah gak karuan ke anak. Jelek akibatnya. Ngerti sih...dalam sehari kita berinteraksi sama anak-anak, pasti ada lelah, bete, jengkel karena mungkin si kecil rewel, gak mau diem, atau pas dapat nilai kurang bagus di sekolah. Tapi kan gak bisa dijadiin alasan kita ngobral omelan ke anak. Ingetttt.....siapa dulu yang ngarepin banget punya anak? sekarang udah dikasih sama Allah, malah diomelin terus. 
Itu tadi 4 Tips Dasar mendidik anakdari Rasulullah SAW. Kita praktekin bareng-bareng yukkkk!